Subang Punya Apa ???

KOTASUBANG – Subang punya apa? Pertanyaan yang bagi orang Subang terdengar sinis itu dilontarkan seorang wakil Bupati tetangga dan menjadi judul berita di halaman pertama sebuah surat kabar akhir April lalu. Hal itu terkait akan digesernya pembangunan pelabuhan internasional yang semula di Cilamaya menjadi di Patimban, Pusakanagara.
“Subang punya apa? Industrinya cuma sedikit, sedangkan di Karawang ribuan dan jumlahnya akan terus bertambah,” ujarnya, seperti dimuat dalam Pikiran Rakyat (29/5/2016).
Menggelitik memang, dan mungkin membuat sebagian warga Subang kesal mendengarnya. Tapi ketika mendengar pertanyaan “sinis” itu, tahukah sebenarnya kita sebagai warga Subang jawabannya?
Pak Wakil Bupati mungkin lupa bahwa Masterplan pengembangan industri di Jawa Barat akan diarahkan ke bagian Timur Jabar. Artinya posisi pelabuhan Patimban menjadi strategis karena berada di tengah-tengah pusat industri Jabar ke depan. Pelabuhan Patimban ini juga akan dintergrasikan dengan tol Cipali dan jalur kereta.
Hal ini juga diungkapkan Menteri Perindustrian Saleh Husin seperti dilansir Republika (15/1/2016), menurutnya pemerintah telah menyusun rencana inti (masterplan) pengembangan wilayah Jabar bagian timur, termasuk di dalamnya wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Ciamis. Masih menurut Saleh, pengembangan kawasan industri sangat penting karena beberapa investor telah menyampaikan keinginannya untuk membangun pabrik dan melakukan ekspansi di wilayah tersebut.
Sementara itu berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang Tahun 2010-2030 dijelaskan bahwa lokasi pengembangan industri terdiri atas 3 jenis yaitu zona industri seluas 11.250 hektar, kawasan industri 100 hektar dan industri non zona.
Pada tanggal 20/2/2015 Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Subang, Kusman Yuhana mengatakan di Subang terdapat 598 perusahaan dengan 84.148 karyawan dan jumlah ini terus meningkat. Sementara pada acara ekspose hasil riset Tim Relawan Pengkaji Informasi Publik (TPRIP) di gedung DPRD (19/3/2016), Kusman juga mengatakan bahwa mulai tahun 2016 investasi industri di Subang diarahkan pada industri manufaktur. Hal ini tentunya saling mendukung dengan pembangunan Pelabuhan internasional di Patimban.
Lalu Subang punya apalagi ?
Kabupaten Subang memiliki luas wilayah 205.176,95 hektar atau sekitar 6,34 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Wilayah Subang tersebut dihuni oleh 1.524.670 jiwa (2014). Subang memiliki potensi di 3 zona sekaligus yaitu zona laut dan pantai di utara, pedataran di bagian tengah dan pegunungan di wilayah selatan. Ketiga zona yang berbeda ini selain memiliki potensi alamnya masing-masing, juga menjadikannya memiliki budaya khas yang terbentuk dari lingkungan masing-masing zona tersebut.
Pertanian
Kabupaten Subang memiliki lahan sawah 84.570 hektar (2014), yang merupakan ke-3 terluas di Jawa Barat menjadikannya lumbung padi Jawa Barat dan Nasional. Seluas 8000 hektar diantaranya ditanami beras ketan dan kualitasnya dinilai yang terbaik. Hal ini menjadikan Subang sebagai penghasil beras ketan utama di Indonesia. Karenanya, Subang sering dijadikan tempat study banding para petani dari daerah lain. Januari lalu misalnya, para petani asal Malino yang melakukan study banding tentang beras ketan ke Desa Citrajaya, Binong.
Selain padi, Subang juga merupakan produsen utama buah-buahan. Sebut saja nanas. Subang memang sudah sohor dengan sebutan kota nanas. Tahun 2014 produksi nanas Subang mencapai 1.365.728 kwintal, merupakan yang tertinggi di Jawa Barat. Sebagai perbandingan, produksi nanas Kabupaten Bogor yang berada di posisi kedua Jawa Barat hanya menghasilkan 110.916 kwintal nanas.
nanas simadu subang
Nanas Simadu produk buah unggulan Kabupaten Subang
Demikian juga dengan rambutan, Subang merupakan produsen rambutan nomor 1 di Jawa Barat. Tahun 2014 tercatat 305.269 kwintal rambutan dipanen. Tak heran jika musim rambutan tiba, para pendatang yang berkunjung ke Subang akan takjub melihat melimpahnya buah rambutan di Subang. Hasil durian Subang juga sangat melimpah, tahun 2014 sebanyak 59.962 kwintal durian dipanen, menjadikan Subang penghasil durian nomor 4 di Jawa Barat. Sementara itu di tahun yang sama Subang menghasilkan 1.115.313 kwintal pisang atau menempati posisi ke 5 Jawa Barat.
Di Subang juga terdapat perusahan perkebunan milik pemerintah yang ditanami karet, teh, sawit dan tebu.  Luas perkebunan karet di Subang mencapai 4,839 hektar yang menghasilkan 3,055 ton (2014), sedangkan teh ditanam pada lahan seluas 2,264 hektar dan menghasilkan 3,521 ton (2014). Sementara itu tebu ditanam pada lahan seluas 4,716 hektar yang menghasilkan 15,586 ton (2014) merupakan kedua terbanyak di Jawa Barat setelah Cirebon.
Perikanan Subang juga memegang peran penting di Jawa Barat. Tahun 2014 hasil tangkapan ikan laut nelayan Subang mencapai 18.912.03 ton (ke empat di Jawa Barat). Sementara itu kontribusi benih ikan mas asal Subang diperkirakan memenuhi 46 persen kebutuhan pasar benih Jabar.
Sejarah
Jika saja Subang mau menasbihkan diri sebagai kota sejarah, hal itu sangat mungkin diwujudkan. Sebagai bekas pusat perusahaan perkebunan, di pusat kota Subang masih berdiri beberapa bangunan peninggalan Pamanoekan and Tjiasem Landen (P n T Land), salah satu perusahaan perkebunan terbesar di Hindia Belanda ketika itu. Tanah milik P n T Land ketika itu adalah luas Kabupaten Subang saat ini. Bangunan-bangunan bekas P n T Land tersebut bisa “dijual” sebagai tujuan wisata sejarah.
Sejarah Subang bukan hanya P n T Land, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, Subang telah dihuni oleh manusia dari zaman prasejarah ribuan tahun yang lalu. Bahkan berdasarkan peninggalan benda prasejarah yang ditemukan, “manusia Subang” ketika itu sudah mencapai peradaban yang sangat tinggi pada zamannya. Hal ini ditandai dengan penemuan peninggalan benda prasejarah yang fenomenal yaitu bejana perunggu, yang diperkirakan sebagai perangkat upacara adat manusia prasejarah. Hanya 3 daerah di Indonesia tempat ditemukannya bejana perunggu yaitu di Kerinci, Madura dan Subang. Dan yang ditemukan di Subang adalah yang terbesar diantara yang lainnya. Corak hias yang terdapat pada bejana perunggu ini kemudian dijadikan salah satu motif batik khas Subang.
Kadisbudparpora menjelaskan kepada Bupati Ojang mengenai bejana perunggu
Kadisbudparpora menjelaskan kepada Bupati Ojang mengenai bejana perunggu
Peninggalan zaman prasejarah di Subang yang terakhir ditemukan adalah kerangka manusia prasejarah beserta bekal kuburnya yang ditemukan di Situs Subang Larang, Binong. Penemuan kerangka manusia beserta bekal kuburnya tersebut ternyata bisa membuka tabir jejak awal pendaratan atau hunian pertama rumpun Austronesia di pantai Utara Jawa yang selama ini belum bisa diketahui karena masih minimnya tinggalan arkeologis yang ditemukan. Bahkan menurut Lutfi Yondri, Arkeolog dari Balai Arkeologi Bandung, dengan temuan ini ke depan Subang bisa saja menjadi pusat penelitian nasional penyebaran rumpun Austronesia.
Dalam sejarah dunia nama Subang juga dikenal karena peristiwa Kapitulasi Kalijati, yaitu menyerahnya Belanda kepada Jepang di sebuah rumah di Lanud Kalijati 8 Maret 1942. Peristiwa itu menandai berakhirnya 350 tahun penjajahan Belanda di Indonesia.
Peninggalan-peninggalan zaman Hindu, Budha dan Islam juga banyak ditemukan di Subang. Semua benda bersejarah tersebut tersimpan di Museum Daerah Wisma Karya. Di museum tersebut dapat diamati lini masa Kabupaten Subang dari zaman purba hingga masa perang kemerdekaan. Kita harus berbangga karena tak banyak Kota/Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki museum daerah apalagi dengan koleksi yang cukup lengkap. Sebagai gambaran kota tetangga telah mambangun sebuah museum, namun koleksi museumnya tak selengkap Museum Daerah Subang.
Budaya
Siapa yang tak mengenal Sisingaan kesenian khas hasil karya cipta masyarakat Subang ini bahkan sering mewakili Indonesia dalam pergelaran budaya di mancanegara. Kesenian yang konon menjadi simbol perjuangan masyarakat Subang melawan penjajah ini kini sudah menyebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Ada pula Toleat, alat musik tiup hasil kreatifitas mang Parman anak gembala dari pantura Subang ini, menjadi sumbangan berharga bagi dunia musik Jawa Barat. Genjring bonyok, Tardug, Doger kontrak, Tari topeng menor merupakan contoh lain kesenian hasil karya kreativitas masyarakat Subang.
Tepak kendang, tiup tarompet maupun ibing Subang memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan daerah lainnya. Budaya Subang juga sangat unik, perpaduan budaya suku jawa pantura dan sunda menjadikan seni budaya Subang kaya. Karenanya banyak seniman daerah lain mendalami ilmunya di Subang untuk kemudian dikembangkan di daerahnya.
subang blanakan
Ruwat laut Blanakan
Upacara-upacara adat yang khas digelar setiap tahun. Di pantura Subang upacara ruwat laut diadakan dibeberapa lokasi, yang terbesar biasanya diadakan di muara Blanakan. Di Subang bagian tengah dan selatan upacara adat ruwatan bumi di gelar di banyak desa, diantaranya ruwatan bumi kampung adat Banceuy yang digelar menyambut tahun baru Islam.
Selain mang Parman ada pula tokoh-tokoh seniman Subang yang sohor dengan karya-karyanya, sebut saja Titim Fatimah dan Cicih Cangkurileung pesinden yang namanya sohor di tatar pasundan. Ada pula Sambas Mangkudibrata mantan penyiar RRI sekaligus seniman pencipta lagu Manuk Dadali yang populer diseantero negeri.
Wisata
Tiga zona utama yang dimiliki Subang yaitu pegunungan, dataran rendah dan pantai membuat Subang memiliki destinasi wisata yang beragam yang tersebar di ke-tiga zona tersebut. Di Subang selatan yang berupa pegunungan, siapa yang tak mengenal Tangkuban Parahu dan Ciater dengan pemandian air panasnya. Tiap hari ribuan pelancong dari pelosok Indonesia bahkan mancanegara mengunjungi tujuan wisata utama Kabupaten Subang tersebut.
Ada pula belasan air terjun di bukit-bukit yang terbentang dari Serang Panjang hingga Tanjung Siang, seperti Cijalu, Cikondang, Ponggang, Cibareubeuy, Mandala, Sadim, Cimuja, Karembong, Sawer, Goa Badak, Bentang, Batu Kapur, Tujuh, hingga Cileat merupakan curug yang tertinggi di Subang. Belakangan mulai dikenal pula curug-curug tersembunyi seperti curug Pamandian Tuan, Ciangin, Pandawa Lima, Cina, Kaliangkak dan beberapa curug lainnya yang mulai terekspose di kalangan netizen. Selain itu belakangan ini juga tiba-tiba menjadi viral di media sosial dan banyak dikunjungi sumber-sumber mata air di Subang seperti Cimincul, Kasumber, Cileuleuy dan mata air lainnya.
subang, tangkuban parahu
Tangkuban Parahu,Subang destinasi wisata utama Kabupaten Subang
Di Subang tengah beberapa wisata minat khusus seperti wisata sejarah, wisata air, wisata religi hingga pemancingan lengkap tersedia.  Sementara itu dibagian utara Subang terdapat beberapa pantai yang biasa dikunjungi yaitu Pondok Bali, Cirewang dan Patimban. Ada pula atraksi buaya raksasa di penangkaran buaya Blanakan.
Dalam publikasi Jabar in Figures yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 tercatat ada 56 potensi obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Subang terdiri dari 27 obyek wisata alam, 9 wisata budaya dan 20 obyek wisata minat khusus. Jumlah ini pada saat itu adalah yang terbanyak di Jawa Barat.
Dari puluhan obyek wisata yang ada di Subang tersebut, ternyata Subang memegang peran penting dalam hal jumlah kunjungan wisata ke Jawa Barat. Berdasarkan data dalam Jabar in Figures jutaan wisatawan mengunjungi obyek wisata Subang setiap tahunnya, bahkan beberapa kali Subang menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Tahun 2007 dan 2009 tercatat jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di Subang berturut-turut 4.98 juta dan 5.5 juta orang. Jumlah ini berturut-turut merupakan yang tertinggi di Jawa Barat.
Dari jutaan wisatawan tersebut puluhan ribu, bahkan ratusan ribu diantaranya adalah wisatawan asing. Berdasarkan data 2007 – 2012 jumlah kunjungan turis asing ke Subang selalu menempati 3 besar se-Jawa Barat. Bahkan menurut data tersebut pada tahun 2012  jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Subang tercatat 170 ribu orang, jumlah ini merupakan yang tertinggi di Jawa Barat pada tahun tersebut.
Teknologi
Potensi kekayaan Subang ini didukung oleh berbagai lembaga penelitian dan teknologi yang dibangun di Subang. Di pusat kota Subang terdapat Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesaia (Pusbang TTG LIPI). Banyak daerah di Indonesia yang telah bekerjasama untuk diseminsi hasil penelitian Pusbang TTG LIPI di daerahnya.
Khusus di bidang pengembangan pertanian di Subang juga terdapat beberapa lembanga penelitian diantaranya Balai Penelitian Pemuliaan Ikan  (BPPI), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBP Padi), Sanghyang Seri di Sukamandi dan Balai Veteriner (B-Vet) di  Dangdeur. Sumber Daya Manusia di bidang teknologi untuk pengembangan pertanian dan industri di Subang juga tengah disiapkan melalui Politeknik Negeri Subang yang baru berdiri.
Rencana pembangunan Len Technopark Subang (Foto PT Len Industri)
Rencana pembangunan Len Technopark Subang
Sementara itu saat ini perusahaan BUMN, PT Len Industri tengah dalam tahap pengembangan Len Technopark  di Cibogo. Nantinya Len Technopark ini selain menghsilkan produk elektronika pertahanan, yakni Rudal Startreak, tempat ini diproyeksikan menjadi tempat wisata teknologi serta basis dari klub inovasi yang dapat diikuti baik karyawan Len maupun masyarakat umum. Diharapkan dengan dibukanya akses terhadap fasilitas teknologi yang ada di Len Technopark akan dapat mengkaselerasi dikembangkannya teknologi-teknologi yang tepat guna bagi Industri di Indonesia.
Bedekatan dengan Len Technopark telah lebih dulu berdiri PT Dahana, yaitu perusahaan BUMN yang memiliki fasilitas pengembangan dan produksi bahan peledak modern dan terbesar di Asia Tenggara atau ASEAN.

Komentar