KOTASUBANG.com, Subang –
Jati diri sebuah daerah diantaranya bisa dilihat dari bentuk
bangunannya terutama pada bagian atapnya. Setiap daerah biasanya
berupaya menunjukkan identitas daerahnya tersebut setidaknya pada atap
bangunan-banguan pemerintahannya. Namun sayang, di Subang, atap
bangunan-bangunan pemerintahannya beragam, tidak menunjukkan karakter
ke-Subangannya. Bahkan, pada bangunan kantor Bupati Subang, sama sekali
tidak tampak jati diri Subang ataupun kesundaan yang ditunjukkan.
Lalu, bagaimana sebenarnya bentuk bangunan atau rumah yang menjadi ciri khas Subang?
Dalam literatur pustaka berupa gambar kuno dari berbagai sumber,
dapat diamati beberapa bentuk atap rumah di Subang. Namun, dari bebarapa
bentuk atap rumah tersebut belum dapat ditentukan bentuk atap mana yang
menunjukkan ciri khas Subang. Meskipun demikian dari beberapa gambar
tersebut menunjukkan bahwa bentuk atap rumah di Subang secara umum
menunjukkan kesamaan dengan daerah Sunda lainnya.
Sebuah perkampungan di Subang pada zaman kolonial
Para kuli perkebunan tengah membersihkan diri di sebuah pemandian umum dengan bentuk atap julang ngapak
Rumah kuli perkebunan
Sama dengan daerah lainnya, pada jaman dahulu rumah di Subang juga
berbentuk panggung. Sedangkan untuk bentuk atap terdiri dari beberapa
jenis seperti yang dikenal dalam rumah adat sunda lainnya yaitu, Jolopong, Parahu kumureb, Julang Ngapak, Badak Heuay, Tagong Anjing, dan Capit Gunting.
Bentuk rumah adat sunda
Bentuk atap rumah sunda yang terlihat paling unik adalah julang
ngapak. Bentuk atap ini kemudian diadopsi oleh pemerintah Purwakarta
menjadi bentuk atap setiap kantor pemerintahannya. Demikian juga dengan
kantor Bupati Sumedang, atap bangunanya menggunakan bentuk ini. Bentuk
bangunan julang ngapak juga dapat dilihat pada gedung rektorat ITB.
Di Subang, pada jaman kolonial, terutama pada jaman Pamanoekan and
Tjiasem Landen, bentuk bangunannya merupakan perpaduan antara
tradisional sunda dan kolonial. Gaya kolonial diantaranya bisa dilihat
dari pilar-pilar pembentuk rumah gegeden ketika itu, sedangkan sentuhan tradional sunda bisa dilihat dari bentuk atapnya.
Dua buah bangunan peninggalan masa kejayaan P nT Land yang masih bisa
diamati saat ini adalah gedung Societiet (Wisma Karya) dan kantor Besar
(Ex-Subang Plaza). Kedua atap bangunan tersebut terlihat berbentuk Parahu Kumereb. Belum diketahui apakah bentuk atap kedua bangunan ini juga terinspirasi oleh bentuk gunung Tangkuban Parahu atau tidak.
Kantor besar PnT Land dengan bentuk atap Parahu Kumureb
Wisma Karya (Societiet) tahun 1931 dengan bentuk atap Parahu Kumureb
Dalam perkembangannya, bentuk bangunan di Subang sudah tak tampak
lagi kekhasannya, padahal hal ini sangat penting untuk menunjukkan jati
diri Subang. Sudah saatnya Pemkab Subang mulai kembali mengumpulkan dan
menunjukkan ke-Subangan-nya dalam berbagai bentuknya. Apalagi seiring
dengan pembangunan Pelabuhan Internasional Patimban, Subang akan
menghadapi gempuran budaya tanpa henti dari luar. Jangan sampai kemudian
Jati kasilih ku Junti, hilanglah jati diri urang Subang.
Komentar
Posting Komentar